Sejarah VOC di Indonesia
Beratus-ratus tahun telah
kita lewati dengan banyak pertumpahan darah yang terjadi akibat penjajahan yang
telah mereka lakukan kepada kita, penjajah yang berkeinginan untuk menguras
seluruh kekayaan alam yang ada di negeri kita ini. Yap,mereka hanyalah sebuah
serikat dagang yang berhasil melumpuhkan Indonesia dan menjajah Indonesia
selama berabad-abad, VOC namanya… VOC,Verenigde Oost-Indische Compagnie, sebuah
serikat dagang yang banyak ditakuti oleh orang Indonesia pada masa lalu,sebuah
serikat dagang yang jika disebut namanya, akan takut dan gemetaran untuk
orang-orang yang mendengarnya. Ya , mereka adalah kelompok penjajah yang telah
membuat bangsa Indonesia tersiksa selama ini,kelompok penjajah kejam yang telah
menyiksa bangsa ini..
Gimana guys Pembukaannya keren
ga? Hehe,bercanda yaa, di postingan yang terbaru ini aku bakal ngebahas
tentang VOC, serikat dagang dari belanda yang pernah ngejajah Indonesia selama
kurang lebih 3,5abad nih guys, ngeri yah,hiii…. Buat apasih aku nulis ini? Yaaa
pastinya yang paling utama untuk tugas sejarah ku, tapi selain itu juga untuk
mengingatkan kita kembali akan betapa kejamnya VOC dan kerasnya perjuangan
bangsa Indonesia selama ini untuk hidup,jadi kan kalo kita tau perjuangan orangtua-orangtua
kita zaman dulu yaa insya allah kita jadi terpacu untuk berusaha lebih dan gak
Cuma berleha-leha aja di kehidupan ini ,ini juga biar kita sadar bahwa sayang
banget kan leluhur kita udah perjuangin bangsa ini selama berabad-abad saat
mereka dijajah tapi sekarang giliran udah merdeka kitanya santai-santai aja,
astaghfirullah.. karna itu,yuk kita pelajari sejarahnya VOC dan kita ambil
ibra-ibrahnya atau pelajaran-pelajarannya yang baik buat kita dan yang buruk
kita buang aja jauh-jauh, Baca Yuuk!
1. Latar belakang dibentuknya VOC
Keinginan Belanda untuk melakukan monopoli dibidang
perdagangan dikawasan Nusantara, ternyata tidak hanya merupakan keingan Belanda
sendiri, tetapi juga negara lainnya, seperti Inggris. Bahkan Inggris telah
mendahului langkah VOC dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk
kawasan Asia di tahun 1600 yang diberi nama EIC (East India Company), yang mana
telah menimbulkan kekawatiran dikalangan para pedagang Belanda sehingga
persaingan yang tadinya ada diantara mereka sendiri berubah menjadi kesepakatan
untuk membentuk sebuah badan dagang untuk membendung EIC.
Untuk menghilangkan persaingan antar pedagang Bealnda dan
untuk mengahdapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya, maka pada
tanggal 20 Maret 1602, atas prakarsa Pangeran Maurits dan Olden
Barneveld didirikan kongsi perdagangan bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie-VOC (Perkumpulan
Dagang India Timur). Pengurus pusat VOC
terdiri dari 17 orang. Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang
di kepalai oleh Francois Wittert.
- Tujuan
dibentuknya VOC
Tujuan dari dibentunya VOC di Indonesia:
a.
Menghindari persaingan
dagang tidak sehat diantara sesama pedang Belanda sehingga keuntungan maksimal
dapat diperoleh.
b.
Memperkuat posisi Belanda
dalam menghadapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya.
c.
Membantu dana pemerintah
Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spayol yang masih menduduki Belanda.
- Hak
istimewa ( hak octroi ) VOC
Untuk menguasai perdagangan di Indonesia dan dapat melaksanakan
tugasnya dengan leluasa , maka VOC diberikan hak-hak istimewa ( Hak Octroi ) dari pemerintah Belanda yang
meliputi hal berikut :
a. Hak
monopoli perdagangan
b. Hak
mencetak dan mengedarkan uang
c. Hak
mengangkat dan memperhentikan pegawai
d. Hak
mengadakan perjanjian dengan raja-raja
e. Hak
memiliki tentara sendiri
f. Hak
mendirikan benteng
g. Hak
menyatakan perang dan damai
h. Hak
mengangkat dan memperhentikan penguasa-penguasa setempat.
Karena hak-hak yang dimiliki VOC ini, menyebabkan VOC
berkembang pesat, bahkan Portugis mulai terdesak. Untuk mengusung kepentingan
VOC diangkatlah gubnur jendral VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-1614).
Pada masa gubnur jendral J.P Coen menilai Jayakarta lebih strategis, pada tahun
1611 berhasil direbutnya dan diubah namanya
menjadi Batavia. Kota ini lalu dijadikan pusat kekuasaan VOC di Indonesia.
- Sistem
Birokrasi VOC
Untuk memerintah wilayah-wilayah di Indonesia, VOC
mengangkat seorang gubernur jendral yang dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad van Indie(dewan India). Dibawah gubernur jendral ada
gubernur yang memimpin suatu daerah, serta dibawah gubernur ada residen yang
dibantu oleh asisten residen. Beberapa gubernur jendral VOC yang duianggap
berhasil mengembangkan usaha dagang dan kolonisasi di Indonesia:
a) Jaan
Pieterszoon Coen ( 1619-1629 )
b) Antonio
van Diemen ( 1636-1645 )
c) Joan Maetsycker
( 1653-1678 )
d) Cornelis
Speelman ( 1681-1684 )
Dalam
melaksanakan sistem pemerintahan VOC menerapkan sistem pemerintahan tidak
langsung dengan memanfaatkan sistem feodalisme yang sudah berkembang di
Indonesia.
- Perlawanan
kerajaan-kerajaan Islam terhadap VOC
Dalam perkembangannya, tentu saja VOC mendapat banyak perlawanan
perlawanan yang dikakukan oleh orang Indonesia, ini sudah pasti dilakukan oleh
orang Indonesia mengingat betapa VOC telah merusak dan menghancurkan semangat
hidup bangsa Indonesia,Beberapa perlawanan tersebut adalah sebagai berikut :
Perlawanan Mataram terhadap VOC (1628-1629)
Sultan Agung (1613-1645) adalah raja terbesar Mataram
yang bercita-cita: (1) mempersatukan seluruh Jawa di bawah Mataram, dan (2)
mengusir Kompeni (VOC) dari Pulau Jawa. Untuk merealisir cita-citanya, ia
bermaksud membendung usaha-usaha Kompeni menjalankan penetrasi politik dan
monopoli perdagangan.[5]
Pada tanggal 18 Agustus 1618, kantor dagang VOC di Jepara
diserbu oleh Mataram. Serbuan ini merupakan reaksi pertama yang dilakukan oleh
Mataram terhadap VOC. Pihak VOC kemudian melakukan balasan dengan menghantam
pertahanan Mataram yang ada di Jepara. Sejak itu, sering terjadi perlawanan
antara keduanya, bahkan Sultan Agung berketetapan untuk mengusir Kompeni dari
Batavia.
Serangan besar-besaran terhadap Batavia, dilancarkan dua
kali. Serangan pertama, pada bulan Agustus 1628 dan dilakukan dalam dua
gelombang. Gelombang I di bawah pimpinan Baurekso dan Dipati Ukur, sedangkan
gelombang II di bawah pimpinan Suro Agul-Agul, Manduroredjo, dan Uposonto.
Batavia dikepung dari darat dan laut selama tiga bulan, tetapi tidak menyerah.
Bahkan sebaliknya, tentara Mataram akhirnya terpukul mundur. Perlawanan pertama mengalami kegagalan disebabkan :
a. Kondisi
pasukan Mataram yang kelelahan
b. Terserang
penyakit
Perlawanan rakyat Mataram kedua terhadap VOC di Batavia
dilaksanakan tahun 1629. Sultan Agung menyerang
Batavia untuk kedua kalinya yang dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati
Purbaya. Pasukan Mataram berusaha membendung sungai Citarum yang
melewati kota Batavia. Pembendungan itu pun bermaksud agar VOC di Batavia
kekurangan air dan mudah kelelahan. Strategi ini ternyata cukup
efektif, terbukti bangsa Belanda kekurangan air dan terjangkit wabah penyakit
malaria dan kolera yang sangat membahayakan jiwa manusia.
Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa mengalami
kegagalan lagikarena :
a. Kalah
persenjataan.
b. Kekurangan
persediaan makanan, karena lumbung-lumbung persediaan makanan yang dipersiapkan
di Tegal, Cirebon, dan Kerawang telah dimusnahkan oleh Kompeni.
c. Jarak
Mataram - Batavia terlalu jauh.
d. Datanglah
musim penghujan, sehingga taktik Sultan Agung untuk membendung sungai Ciliwung
gagal.
e. Terjangkitnya
wabah penyakit yang menyerang prajurit Mataram.
Perlawanan Banten terhadap VOC (1651-1682)
Pertentangan antara banten dengan VOC diawali Pada tahun
1619 J.P Coen berhasil merebut Jayakarta. VOC yang berpusat di Batavia ingin
menguasai Selat Sunda, karena Selat Sunda merupaka daerah perdagangan Banten
yang sangat penting, langkah Belanda ditentang terus oleh Sultan Ageng
Tirtayasa. Perlawanan Banten meningkat setelah Sultan Ageng Tirtayasa naik
tahta pada tahun 1651.
Untuk melemahkan kerajaan banten VOC
melakukan politik "devide et impera". Pada tahun 1671 Sultan Ageng
Tirtoyoso mengangkat putra mahkota (dikenal dengan sebutan Sultan Haji karena
pernah naik haji) sebagai pembantu yang mengurusi urusan dalam negeri, sedangkan
urusan luar negeri dipercayakan kepada Pangeran Purboyo ( adik Sultan Haji).
Atas hasutan VOC, Sultan Haji mencurigai ayahnya dan menyatakan bahwa ayahnya
ingin mengangkat Pangeran Purboyo sebagai raja Banten. Pada tahun 1680, Sultan
Haji berusaha merebut kekuasaan, sehingga terjadilah perang terbuka antara
Sultan Haji yang dibantu VOC melawan Sultan Ageng Tirtoyoso (ayahnya) yang
dibantu Pangeran Purboyo. Sultan Ageng Tirtoyoso dan Pangeran Purboyo terdesak
ke luar kota, dan akhirnya Sultan Ageng Tirtoyoso berhasil di tawan oleh VOC;
sedangkan Pangeran Purboyo mengundurkan diri ke daerah Priangan. Pada tahun
1682 Sultan Haji dipaksa oleh VOC untuk menandatangani suatu perjanjian yang
isinya :
a. VOC
mendapat hak monopoli dagang di Banten dan daerah pengaruhnya.
b. Banten
dilarang berdagang di Maluku.
c. Banten
melepaskan haknya atas Cirebon.
d. Sungai
Cisadane menjadi batas wilayah Banten dengan VOC.
Perlawanan Makasar terhadap VOC (1666-1667)
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah
muncul beberapa kerajaan kecil seperti Gowa, Tello, Sopeng, dan Bone. Di antara
kerajaan tersebut yang muncul menjadi kerajaan yang paling kuat ialah Gowa,
yang lebih dikenal dengan nama Makasar yang mencapai puncak kejayaannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669.
Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi
kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan
dagang tersebut terasa semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin
membangun hubungan baik dan saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya
terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan
berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan
mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat
utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.
Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh
Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan dan penolakan semua bentuk isi
tuntutan yang diajukan oleh VOC. Oleh karena itu, kompeni selalu berusaha
mencari jalan untuk menghancurkan Makassar sehingga terjadilah beberapa kali
pertempuran antara rakyat Makassar melawan VOC.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633
dan pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654. Kedua pertempuran tersebut
diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang
masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC tersebut mengalami
kegagalan karena pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni.
Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666 - 1667 dalam bentuk perang besar. Ketika
VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru
Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang
dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut, sedangkan
pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar
melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke
Makasar.
Peperangan berlangsung seru dan cukup lama,
tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat dipertahankan oleh Sultan
Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa
untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami
kegagalan. Salah satu faktor penyebab kegagalan rakyat Makasar adalah
keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru
Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan dalam bentuk lain,
seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan
terhadap VOC.
Sultan
Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang isinya :
1. Wilayah
Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka.
2. Kapal Makasar
dilarang berlayar tanpa izin VOC.
3. Makasar
tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak monopolinya.
4. Semua
benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung Pandang yang kemudian
diganti dengan nama Benteng Roterrdam.
5. Makasar
harus mengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit.
Perlawanan Rakyat Maluku (1817)
Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi
(Pattimura) terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon.
Adapun Sebab-sebab terjadinya perlawanan ini adalah :
a. Rakyat
Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita
dibawah VOC
b. Pemerintah
Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali penyerahan wajib
dan kerja wajib
c. Dikuasainya
benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda
dibawah pimpinan Thomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat
Maluku mulai bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan
Porto. Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg
tewas tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.
Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara
besar-besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada
tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan, dan
berakhir perlawanan rakyat Maluku.
- Kemunduran
VOC
Pemerintah Belanda akhirnya memutuskan untuk membubarkan
VOC pada tanggal 31 Desember 1799. Semua hutang-hutang dan kekayaan VOC diambil
alih oleh pemerintah Belanda.
Runtuhnya disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Banyak
pegawai VOC yang korupsi
b. VOC
terjerat banyak hutang
c. Pengeluaran
VOC yang semakin besar akibat melukakan perang
d. Adanya persaingan yang
ketat dari pedagang Eropa